Peruntungan Diri
Tapi rasanya seperti angin taman siang hari.
Berhembus kencang, lalu pergi dengan hanya menyisakan daun-daun yang mati.
Menyenangkan. Tapi percuma.
Berulang kali pula aku meyakinkan diri.
Bahwa pasti ada kesempatan. Tidak hari ini, mungkin nanti.
Tapi nyatanya? Hati mencoba berkata bahwa "Aku tidak sakit. Aku tidak apa-apa."
Tapi toh sebenarnya ia semakin terseok memahami setiap arti, yang penghuninya pun sebenarnya tidak peduli.
Bahwa ia menyadari keberadaanku saja sudah tentu perasaan bahagia yang mewakili.
"Ah mungkin kamu memang terlalu melankolis dan suka terlalu cepat menaruh hati."
"Tidak juga. Aku hanya tau untuk orang seperti apa seharusnya hatiku berhenti."
"Baiklah. Lalu beritahu saja."
"Aku hanya...."
"Sudah kuduga, kamu terlalu banyak teori."
"..."
Bagaimana bisa aku beritahu, darimana dimulainya saja aku tidak mengerti.
Jika ada perumpaan tersedih, mungkin Wanita dengan seribu khayal tentang Pria yang tak mengenalinya mengkhayalkan wanita lain adalah jawabannya.
Tak perlulah kau tanyakan siapa wanita pertama dalam premis ini.
Aku hanya menciptakan tokoh ilusi.
Yang terinspirasi dari diri.
*nyata tidaknya, direnungin sendiri*
Jember, disebuah kamar 12 meter persegi. Sendiri.
Tahun dua ribu tujuh belas, bulan delapan, saat gerhana bulan.
Jakarta, Lain Kali Saja Kita Bersua.
Film Prenjak, Membuat Otak Tak Kunjung Beranjak.
MERDEKAKAN NEGERIKU, MERDEKAKAN INDONESIAKU !!!
Karena jiwa nasionalis tidak ditunjukkan hanya dengan lambang garuda di dada, tapi berperilaku unmoral tanpa jera.
Jiwa Nasionalisme tidak ditunjukkan dengan menaruh lambang bendera pada seragam, tapi kerap membuat onar yang membuat masyarakat geram.
Nasionalisme juga bukan ditunjukkan dengan Memberi ucapan gombal virtual belaka, tapi tak pernah peduli dengan keadaan sosial sekitarnya.
Nasionalisme tidak ditunjukkan dengan rapinya peci tapi berujung pada nistanya bui.
Nasionalisme hanya terdapat pada jiwa jiwa yg haus akan kemerdekaan dari kebodohan, haus akan kemerdekaan dari kemiskinan dan kemerosotan moral berbangsanya.
Nasionalisme hanya milik orang orang yg mempunyai keinginan untuk terus maju.
Nasionalisme milik mereka yang tak pernah berfikir dua kali untuk kesejahteraan negara dan semua elemen yang ada didalamnya.
Nasionalisme tentu milik mereka yang berdikari demi kemajuan ibu pertiwi.
Indonesia jaya dengan kerja nyata!
Merdekakan negeriku!
Merdekakan Indonesiaku!
Dirgahayu Negeri tercintaku!
AFN - Maesan, 17 Agustus 2016.
KOPER IAIN Jember
KOPER.
Bukan 'Komunitas Perjodohan' apalagi 'Korban Perasaan.' 😁
Kami KOPER, Komunitas Perfilman.
Masih ingat betul pernah ada sekumpulan 'cecunguk' dateng di kosan menyampaikan niatnya untuk membuat sebuah gebrakan bersama di kampus yg selama ini aku rasa 'gitu-gitu aja' dan tanpa berpikir panjang, aku jawab dengan anggukan, tanda setuju.
Kalimat "Berjuang bareng ya rek." menjadi mantera utama untuk saling menguatkan diantara kami.
Diawal berkarya, alhamdulillah sudah dipercaya oleh sebuah lembaga pemerintahan di Jember.
Tapi perjalanan awal tidak mungkin selalu mulus sesuai yang direncanakan bukan? Tumbuhan kecil pasti dianggap remeh bahkan kerap kali terinjak-injak. Tak apa, kami sadar posisi dan tetap saling menguatkan kala itu.
Bagi mereka yg terlalu awam mengenal KOPER, mungkin akan mengatakan jika perjuangan kami instan.
Setiap ada orang yg beranggapan seperti itu, rasanya aku pengen cerita, gimana kami pernah 'diusir' secara terang-terangan dari sekret oleh 'orang atas'.
gimana rasanya disikut organisasi sebelah karena ketidakberpihakan kami pada mereka.
gimana pandangan sinis 'mereka' yg pada awalnya merontokan kepercayaandiri dalam berkarya kami.
gimana kami yg awalnya beranggotakan puluhan, hanya tersisa belasan bahkan nyaris dapat di hitung dengan jari.
Tak apa, badai hanya menyisakan pohon-pohon terkuat bukan?
Sampai akhirnya tahun ajaran baru datang, banyak 'kecebong-kecebong tersesat' yg memilih bergabung bersama kita untuk berkarya bersama. Bertambahnya anggota membuat kami kembali tersulut untuk terus berkarya, dengan semakin banyaknya otak banyak juga inovasi-inovasi yg kami lakukan.
Semakin banyak otak, semakin sulit pula kita untuk menyatukan opini bukan?
Banyak perbedaan dan perselisihan diantara kami memang menjadi permasalahan utama, tapi kembali ke mantera awal "kita berjuang bareng ya rek." Mengabaikan perbedaan dengan terus berkarya. Keep Solid keep humble ! 😊
Kalo kalian tanya KOPER itu apa, KOPER itu Tempatnya manusia berotak fleksibel yg mempunyai hati ekor cicak dan cacat malu 👊.
Tamparan Ayahku.
Sakit? Tidak.
Mungkin karena terlalu sering? sesering aku melakukan kesalahan.
Atau mungkin karena aku selalu tidak perduli dengan tamparannya, dulu.
Waktu itu hari minggu dimana kebiasaanku, ayah dan mama jalan pagi.
Sepulang jalan pagi kami selalu terbiasa bersantai di teras pekarangan sambil menunggu sarapan siap.
Tidak suka dengan suasana sengang, aku bertanya
Ayahku sudah tua? Aku seperti tidak bisa menerimanya.
sekarang sudah tidak mungkin dicabut satu-persatu lagi.