Film Prenjak, Membuat Otak Tak Kunjung Beranjak.



Ingin sedikit bercerita. Mungkin bukan review. Apalagi kritik. 

Sudah seringnya diputar melalui berbagai media, trailer film ini semakin  membuat saya untuk mengencangkan ketertarikan akan full versionnya. Kenapa? Bagi kebanyakan penonton yang masih menikmati film sebatas trailer tentu muncul pertanyaan-pertanyaan liar yang menuntut untuk segera di tuntaskan. Seperti satu pertanyaan untuk film Prenjak ini; “Yakin nih sutradara lokal bakal ngevisualin yang beginian?” itulah yang membuat saya mengucapkan terimakasih untuk Dewan Kesenian Kampus UNEJ dan Layar Kemisan yang sudah mampu memutarkan film ke-5 Wregas Bhanuteja ini di Jember. 



Prenjak (In The  Year of Monkey), sebuah film yang menceritakan tentang seorang wanita bernama Diah (Rosa W.) yang menjual satu batang korek api dengan harga 10.000 rupiah kepada Jarwo (Yohanes B.). Tak sekedar menjual korek, dengan harga 10.000 rupiah itu Diah juga menawarkan kepada Jarwo untuk melihat ‘kemaluannya’ dengan sebatang korek yang ia berikan tersebut. Jarwo pun setuju hingga menghabiskan empat batang korek api. Ketika ingin beranjak, Diah mendapat tawaran dari Jarwo untuk melihat ‘kemaluan’ Jarwo dengan membayar 20.000 namun Diah menolak, Jarwo menurunkan harga hingga 5000 tapi Diah tetap menolak. Hingga Jarwo menawarkan uang 60.000 asalkan Diah bersedia melihat kemaluan Jarwo dalam waktu 30 detik. Karena kondisi yang mendesak, Diah pun mengiyakan tawaran Jarwo. 

Dalam visual film yang menggambarkan latar dapur dengan berbagai perabotan tradisionalnya, lalu didukung oleh pakaian yang digunakan kedua tokoh, menggambarkan secara gamblang keadaan ekonomi kedua tokoh yang tidak sedang pada kondisi mapan.

Film yang menampilkan beberapa tayangan tidak biasa ini menurut saya bukanlah sebagai representasi kehidupan tak bermoral melalui ke-‘liar’-an bervisual. Dalam setiap adegannya Justru menggambarkan bagaimana kehidupan berjalan sejahat dan seperti apa adanya. Bagaimana seorang Diah yang ternyata adalah seorang ibu, rela ‘menjual’ kemaluannya untuk diperlihatkan kepada orang yang bukan seharusnya hanya demi menyambung hidup bersama seorang anaknya. 

Film yang berdurasikan kurang lebih 15 menit ini merupakan pengejawantahan Seorang Wregas Bhanuteja terkait prinsip dari wanita dan pria pada umumnya. Dimana pada scene yang berdekatan pada film ini menunjukkan bagaimana Seorang Pria tidak berdaya dengan kelamin wanita sedang wanita tunduk pada uang yang dimiliki Pria.

Dengan umur yang masih tergolong muda, Wregas tentu mampu menghadirkan humor segar kepada para penonton. Terlihat dalam film ini Terdapat satu adegan yang pada awalnya mebuat para penonton heran dengan penampakan ‘milik Diah’ lalu terdengar seruan Diah “Aduh kesumet!” yang seketika membuat penonton tertawa.

Dalam scene terakhir, wregas sukses membawa penonton dalam emosi terdalamnya dengan menghadirkan tokoh Diah sebagai sosok orang tua tunggal yang merawat anaknya seorang diri tanpa sosok lelaki yang seharusnya menjadi suaminya. 

Film sekelas Prenjak yang berhasil menyabet penghargaan film pendek terbaik Festival Film Cannes 2016 di Prancis ini tidak mungkin hanya mempunyai pemaknaan akan tanda dan penanda hanya sebatas yang saya sampaikan. Tentu masih banyak yang ingin disampaikan oleh seorang Wregas Bhanuteja melalui film Prenjak yang belum sepenuhnya dapat tertangkap oleh otak amatir saya :D 

Untuk para Suhu dan Master, Mohon bimbingannya agar saya dapat lebih memaksimalkan kerja otak dalam 'melihat' sebuah film :) 





0 komentar:

Posting Komentar


Nikmatilah hari ini, karena esok kau akan merindukan hari ini
Diberdayakan oleh Blogger.