Peruntungan Diri

Berulang kali aku menasehati diri.
Tapi rasanya seperti angin taman siang hari.
Berhembus kencang, lalu pergi dengan hanya menyisakan daun-daun yang mati.
Menyenangkan. Tapi percuma.
Berulang kali pula aku meyakinkan diri.
Bahwa pasti ada  kesempatan. Tidak hari ini, mungkin nanti.
Tapi nyatanya? Hati mencoba berkata bahwa "Aku tidak sakit. Aku tidak apa-apa."
Tapi toh sebenarnya ia semakin terseok memahami setiap arti, yang penghuninya pun sebenarnya tidak peduli.
Bahwa ia menyadari keberadaanku saja sudah tentu perasaan bahagia yang mewakili.

"Ah mungkin kamu memang terlalu melankolis dan suka terlalu cepat menaruh hati."
"Tidak juga. Aku hanya tau untuk orang seperti apa seharusnya hatiku berhenti."
"Baiklah. Lalu beritahu saja."
"Aku hanya...."
"Sudah kuduga, kamu terlalu banyak teori."
"..."

Bagaimana bisa aku beritahu, darimana dimulainya saja aku tidak mengerti.

Jika ada perumpaan tersedih, mungkin Wanita dengan seribu khayal tentang Pria yang tak mengenalinya mengkhayalkan wanita lain adalah jawabannya.
Tak perlulah kau tanyakan siapa wanita pertama dalam premis ini.
Aku hanya menciptakan tokoh ilusi.
Yang terinspirasi dari diri.












*nyata tidaknya, direnungin sendiri*
Jember, disebuah kamar 12 meter persegi. Sendiri.
Tahun dua ribu tujuh belas, bulan delapan, saat gerhana bulan.








0 komentar:

Posting Komentar


Nikmatilah hari ini, karena esok kau akan merindukan hari ini
Diberdayakan oleh Blogger.