Melihat Gunung Arjuna Dengan Matamu.

“Aku mau ndaki gunung loh.”
“Gunung mana?”
“Gunung arjuno.”
“Gamau ngajak aku?”
“Nggak.”
“Aku gak bakal ngerepotin kok.. aku ikut ya? Daripada nganggur di Kosan? Aku udah lama gak keluar-keluar. Boleh ya ya ya?”
“Gak boleh.”
“Kenapa? Aku kan udah janji gak bakal ngerepotin.”
“Yang ikut 15 orang. cowok semua. Mau ikut?”
“Mau, emang kenapa?”
“Ngawur.. mau jadi apa ntar kamu?”
“Jadi jurnalis lah..”
“Haissss, udah pokoknya gausah ikut. Titik ya. Gak pake ngeyel.”
“Tapi loh aku kan cu..”
“Eeiit, gak pake ngeyel loh ya.”
“iya  ._. “


Percakapan itu yang sebenarnya sedikit membuatku jengkel.
yasudahlah, kalau memang tidak boleh. Bisa apa?

“Yaudah aku ga ikut..”
“Ya emang ga ikut.”
“hiiih! Yaudahlah, tapi oleh-oleh ya?”
“Oleh-oleh apa?”
“Tulisin namaku di ker...”
“Di kertas terus di foto pas di puncak, trus ada tulisannya kapan kesini? Gitu?”
“Iya ._. “
“Nggak! Udah mainstream, lagian Kayak anak-anak alay.”
“Huh! Nggak laaahh..”
“Yang lain wes yang lain...”
“Oleh-oleh bunga edelweis?”
“Ngawur! ngerusak alam ntar aku? Gak gak gak..”
“Ya gak metik lah.. kan biasanya ada tuh warga yang jualan, kan mereka emang budidaya edelweis gitu, bukan metik.”
“Jangan edelweis juga.. apa gitu kek?”
“Ya masa aku minta oleh-oleh makanan khas gunung arjuna?”
“Ya mungkin aja kan?”
“Gausah deh gausah.. mending gausah oleh-oleh.”
“Yaudah...”
“...”

Hari jum’at sore kamu berangkat. Harusnya kamu sudah kembali sampai rumah hari minggu sore. Tapi hari senin pagi kamu belum juga datang. Aku coba menelepon semua nomermu, tidak satupun yang aktif.

Aku sempat bertanya pada temanku yang memang pernah mendaki gunung arjuna. Jawabannya semakin membuatku khawatir.
 “Aku dulu juga berangkat  jum’at sore, trus sampe malang lagi minggu sore.” Tulisnya melalu whatsapp.

Sampai di penghujung hari ke empat kamu masih belum memberi kabar.
Dan yang paling membuatku kaget dan heran, malam itu hp-ku bergetar  4 kali tanda sms masuk.
“Mbak, aku adiknya mas **** udah dapet kabar dari mas apa belum? Aku di suruh bapak tanya kabar mas ke samean. Soalnya mas gak ngasih kabar ke rumah.”
Gud! Aku dari awal sudah khawatir, ditambahlah lebih khawatir dengan sms ini. Seolah aku menjadi penanggungjawab jika terjadi sesuatu padamu, harus memberi kabar pada keluargamu tentang keadaanmu dan akulah yang menjadi penanggung jawab atasmu jika terjadi sesuatu. Hanya seolah-olah.

Malam itu aku berada pada kekhawatiran yang tidak bisa dibayangkan. Terlebih ketika aku tidak sengaja membuka yutup dan terlihat di layar laptopku proses evakuasi korban di welirang, ah pikiranku kacau malam itu!

Sms adikmu terus menghantuiku, kamu tau? Mungkin sudah saking putusasanya menunggu kabarmu, aku mencoba searching gugling contact person gunung arjuna yang kamu daki itu. Hampir aku menelepon, tiba-tiba ada yang berbicara di teleponku, seorang wanita. Kamu tau dia bilang apa? Dia bilang “Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini.” Terimakasih mbak atas pemberitahuannya! Lengkap sudah!

Mencoba mencari kontak whatsapp, karena yang ku miliki saat itu hanya kuota internet dan tidak mungkin mencari konter pulsa pada pukul 10 malam lewat. Bisa bisa yang kutemukan hanya penjual sate dengan gerobaknya  dan satu pelanggan yang memakai jubah berwarna putih dan rambutnya panjang menjuntai, ah!

Sampai saat dimana mataku sudah tidak mengampuniku lagi, asal kamu tau saja, seharian mataku di hajar dengan tugas berita yang mengharuskanku mengetik di laptop dengan brightness 80%. Aku ketiduran.

Setelah aku memberikan kesempatan kepada mataku untuk beberapa saat, Entah mimpi entah apa aku mendapat sms dari nomermu bertuliskan “Aku sudah sampe di rumah” dan satu panggilan tak terjawab dari nomer yang tidak aku beri nama, tapi aku tau persis itu nomermu.
Nyawaku belum terkumpul sempurna saat itu, Aku masih tidak yakin. Aku membacanya lagi, lagi dan lagi. diatas sms bertuliskan ‘Today at 11:52 PM’

Hari ini dong? Berarti barusan? Mencoba mengembalikan kesadaran penuh sepenuh-penuhnya, aku kembali membaca. Dengan kalimat hanya lima suku kata “Aku-sudah-sampe-di-rumah” tanpa titik itu sudah membuatku seolah tidak ingin kembali merebahkan diri. Aku mencoba memencet nomermu, ah iya aku lupa.. percuma, nanti malah aku di tegur mbak-mbak seperti tadi.

Aku melihat batrei hape-ku sudah 15% Yasudah aku hanya menancapkan kabel charger hape-ku ke jejeran stop kontak di kamarku dan berniat melanjutkan tidur, sebelum do’a tidur kubaca dengan sempurna, Lagu Rain over me milik pittbul berdering di henfon-ku. Setelah menggeser panel hijau di layar, aku mendekatkan henfon di telinga dan terdengar suaramu disana;

kamu: aku udah sampe rumah..
aku: terus?
kamu: ya Cuma ngasih kabar aja
aku: iya udah tau, kan udah kamu sms
kamu: oh iya, kamu sudah tidur?
aku: iya.. jam berapa sampe rumah?
kamu: jam 11
aku: oh yaudah bersih-bersih sana
kamu: sudah
aku: trus sekarang ngapain?
kamu: ini baru selesai di omelin bapak sama ibuk.
aku: HAHAHAHAHA serius? HAHAHAHA kapoookk
kamu: eh yaudah aku mau tidur, assalamualaikum
aku: oh iya, waalaikumsalam -_-

Dan asal kamu tau aku hampir tak mengenali suaramu yang mendadak menjadi serak tak karuhan itu, ah kasian. 
Malam itu campur aduk. Senang, lega, lucu, jengkel dengan perasaan khawatir, cemas dkk sebelumnya.

Paginya setelah sarapan, kamu menceritakan alasan kenapa pulang terlambat, kenapa tidak memberi kabar (untuk ini aku sudah tau, para pemilik operator tidak mempunyai keinginan mendirikan towernya di gunung) dan menceritakan hal yang menarik di perjalananmu.
Tentang Mendaki Arjuno bukan melewati jalur biasanya seperti tretes, purwosari atau lawang malah Melewati singosari. Istilahnya tusuk kompas. Menceritakan 1 anggotamu tidak bisa melanjutkan pejalanan karena sakit, Juga menceritakan ada satu dari 14 pendaki yang ternyata aku kenal pada jaman sekolah dulu, menceritakan 14 orang menempati 2 tenda saat camp di puncak, menceritakan tentang hal mistis yang kalian alami disana, juga tentang guyonan-guyonanmu di perjalanan bersama rombonganmu.

Aku menanggapinya hanya dengan anggukan dan ah oh ah oh saja. Aku hanya berusaha menutupi sekuat mungkin keinginanku yang sangat sangat sangaaatttt ingin mencapai 3339 MDPL itu. Jika aku menampakkan keinginanku ini, sudah sangat bisa dipastikan kamu akan bercerita lebih antusias daripada ini demi melihat ekspresi cemberutku. Baiklah, dari rautmu aku membaca kamu sedikit kecewa dengan tanggapanku. Iya? Hahaha bagus lah.

“Ntar cek e-mail mu, aku udah kirim beberapa foto.”
“Loh ngapain? Aku gamau liat-liat fotomuu.”
“Yasudah kalo gamau.”
“Yaudah...”

Setelah beberapa jam, aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku. Iya kamu tau sendiri bagaimana sifatku kan? kamu sering berkata “Mesti kalo kepo kayak popcorn lagi di masak.”

Setelah memencet panel tathering di hp, aku membuka laptopku dan mulai mengetik email di borang Gmail. Terlihat nama akunmu di kotak masuk lalu ku klik. Benar saja, ada beberapa foto yang kamu kirim. Dan foto terakhir yang membuatku sedikit kaget dan geli. Foto tulisan namaku di dekat batu ogal-agil di Puncak gunung arjuno. Hahaha ternyata kamu mau juga jadi alay?

Aku: PING!!!
         Katanya gamau alay?? hahaha
Kamu: Yaudah kalo gamau, balikin aja fotonya
Aku: Dih gitu amat -_-
Kamu: gamau bilang makasih nih? Padahal aku perjuangan banget loh itu.
Aku: nggak  (Read)

Buat kamu yang mulai alay, makasih banget buat oleh-oleh dari arjunonya :D
Buat gantinya, nanti aku janji deh bayarin kamu di Pizza Hut. Beneran. Tapi aku Cuma bayarin parkirnya aja ya.. selebihnya kamu. Oh iya, makasih juga buat oleh-oleh satunya. Makasih loh :D


my name on 3339 MASL


Menyapa matahari di ketinggian 3339MDPL

Liat awan kayak gitu bawaanya pengen tiduran di atasnya.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

brew mampir ke blogspot ku ye... http//dirwanalbana.blogspot.com

hanif mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar


Nikmatilah hari ini, karena esok kau akan merindukan hari ini
Diberdayakan oleh Blogger.